Pemerintah Indonesia terus berupaya mengurangi oversupply kelapa sawit yang menyebabkan harga komoditas CPO (Minyak kelapa Sawit) menurun secara signifikan pada 2014-2015
Salah satu perkebunan kelapa sawit swasta terbesar di Indonesia ini dianggap belum mengadopsi komitmen untuk memproduksi minyak kelapa sawit yang bertanggung jawab
Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen Nurhayati Ali Assegaf mengatakan resolusi Parlemen Uni Eropa mengenai minyak kelapa sawit akan mengakibatkan kerugian yang besar.
Katalis mengonversi minyak kelapa sawit menjadi sejumlah produk BBM, antara lain Pertamax, Pertalite, Avtur, hingga Diesel.
Harga minyak kelapa sawit mentah (CPO) naik sebesar 0,67 persen ke posisi ringgit Malaysia MYR sebesar 2.119 per ton.
Malaysia adalah produsen minyak kelapa sawit terbesar kedua setelah Indonesia, dan baru-baru ini mengancam akan menentang rencana blok tersebut untuk menghentikan penggunaan biofuel di Organisasi Perdagangan Dunia.
Kementan menargetkan Indonesia jadi penyuplai nomor satu minyak kelapa sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) Argentina.
Asosiasi Perdagangan Minyak Nabati India (SEAI) meminta anggotanya untuk tak lagi membeli minyak kelapa sawit dari Malaysia, sebagai bentuk hukuman karena mengkritik India atas atas kebijakannya terhadap Kashmir.
Pemerintah Indonesia sangat keberatan dengan status risiko tinggi perubahan penggunaan lahan tidak langsung (high risk Indirect Land Use Change/ILUC) pada minyak kelapa sawit yang ditetapkan Uni Eropa
Peningkatan ekspor pada April 2021 juga turut didorong oleh kenaikan harga beberapa komoditas andalan Indonesia dan adanya permintaan peningkatan dari negara mitra dagang Indonesia, salah satunya minyak kelapa sawit.